Memilikipohon dan tanaman hijau di halaman masjid adalah bagian dari budaya Islam REPUBLIKA.CO.ID,ALBERTA -- Sebuah komunitas peduli lingkungan di Alberta, Kanada memulai misi mereka untuk menanam seribu pohon di lingkungan masjid. Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext 308. Phone: 021 780 3747 Fax: 021 799 7903
Di sana ada grup yang namanya Sinematografi Jakarta, kemudian orang-orangnya sudah tidak ada yang aktif dan saya coba mengusulkan ke beberapa anggotanya untuk kita berkumpul dan membuat satu komunitas lagi," ucap salah satu founder Komunitas Film Pendek Jakarta Muchamad Rizki Adam kepada Kebon Sirih, Menteng Jakarta Pusat (19/6/2019).
Karena itu di tahun 2022 ini, Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra melalui Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi, menggelar kegiatan pemberdayaan komunitas literasi bagi 100 komunitas literasi di wilayah DKI Jakarta," ujar Kordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi, Badan Pengembangan dan
GubernurDKI Jakarta Anies Baswedan (Sumber Foto: dok. InfoPublik) Jakarta, InfoPublik - Jakarta terpilih sebagai City of Literature atau Kota Sastra Dunia, yang diumumkan oleh UNESCO melalui laman resminya, 8 November 2021. Jakarta masuk sebagai salah satu dari 49 kota lain di dunia yang tergabung dalam jaringan kota kreatif dunia (UNESCO's Creative City Network) tahun 2021
Tujuan Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggunakan ajang Jakarta International Literary Festival (JILF) pada 2022 ini berkehendak untuk mencari dan mendengar suara-suara para penyintas transformasi kota di tengah belantara perubahan. Akan tetapi, tak kalah penting adalah menjadikan JILF 2022 sebagai sarana penggalangan solidaritas di
ClickDownload or Read Online button to get Pemetaan Komunitas Sastra Di Jakarta Bogor Tangerang Dan Bekasi book now. This site is like a library, Use search box in the widget to get ebook that you want. If the content Pemetaan Komunitas Sastra Di Jakarta Bogor Tangerang Dan Bekasi not Found or Blank , you must refresh this page manually.
piTovI. JAKARTA Waspada Karya sastra di tengah komunitas, ternyata mampu berkontribusi menciptakan kesejahteraan bagi komunitas sastra maupun anggota secara personal. Artinya, secara perekonomian nasional, karya sastra mampu menyumbang, paling tidak, penciptaan lapangan kerja di bidang seni dan sastra melalui industri kreatif. Hal itu menjadi salah satu bahan pengamatan menarik yang dilakukan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, di tahun ini. Penelitian dilakukan di Kota Surakarta dan Kabupaten Semarang dengan fokus pada keberadaan komunitas sastra Indonesia dalam rangka mempertahankan kelangsungannya dengan mengarahkan perubahan ke bidang industri kreatif. Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah, Ganjar, Senin 25/10 mengatakan, penelitian ini mempunyai tujuan mengungkap keberadaan komunitas sastra di Jawa Tengah yang mengarahkan kerja sastra ke industri kreatif sebagai alternatif penciptaan nilai ekonomi karya sastra sehingga mampu menghidupi komunitas bahkan personalnya. Di samping itu, strategi apa yang digunakan komunitas sastra dalam industri kreatif dapat diketahui. “Selain mengungkap pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut, dapat juga terungkap persoalan-persoalan yang lainnya, seperti model pendampingan dan sebagainya,” imbuh Ganjar. Kegiatan ini berupa penelitian lapangan. Data yang diambil merupakan komunitas sastra dan industri kreatif yang terdapat dua daerah di Kabupatem Semarang dan Kota Surakarta. Tim peneliti mendatangi komunitas-komunitas sastra yang berada di Kota Surakarta yang mengarah ke industri kreatif dan berpotensi ke arah industri kreatif. Tim melakukan wawancara mendalam terhadap komunitas sastra untuk mengetahui arah industri kreatifnya. Dalam wawancara, tim dengan komunitas sastra, tim juga mengamati lingkungan sekitar komuitas sastra berada. Maksud dari mengamati lingkungan ini, tim berharap mendapat juga gambaran nyata komunitas sastra dalam mempertahankan eksistensi komunitas. Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki komunitas, kekurangan sarana dan prasarana apa selama ini, strategi apa yang digunakan, industri kreatif apa yang dikembangkan, dan sebagainya dapat terekam sepenuhnya sehingga dapat membuka jalan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan komunitas dalam menutup kekurangan tersebut. Di samping wawancara dengan komunitas sastra, ada juga opini kepada sastrawan dan instansi terkait untuk mengetahui pandangan tentang komunitas dan industri kreatif. Hasil wawancara dengan pihak lain ini kemudian dikolaborasikan dengan strategi komunitas dalam industri kreatifnya. Pandangan sastrawan dan instansi terkait umumnya, positif, dalam artian komunitas mampu mempertahankan karya mereka dengan masuk ke dalam industri kreatif tanpa kehilangan jati dirinya. “Dan juga, mereka memandang mampu memberi nilai ekonomi pada karya sastra mereka,” imbuh Ganjar. Ada beberapa komunitas di Surakarta dan Kabupaten Semarang yang melakukan terobosan dengan industri kreatif yang mereka tawarkan kepada masayarakat. Dalam penelitian ini, industri kreatif yang dikembangkan komunitas sastra, antara lain bidang penerbitan, seni pertunjukan, dan film. Bidang penerbitan melakukan pengembangan konten dengan mewujudkan dalam bentuk buku, jurnal, majalah, dan sebagainya, seperti yang dilakukan oleh komunitas Pawon di Surakarta. Bidang seni pertunjukkan dengan mengembangkan konten temabng macapat diangkat dalam dunia pertunjukkan, hal ini patut diberi apresiasi mengingat tidak mudah mengangkat nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung dalam tembang macapat kemudian dipertunjukkan kepada masyarakat. Dari hanya tembang-tembang Jawa menjadi sebuah pertunjukan drama, dan dipanggungkan ke pelosok desa-desa dengan tata dekorasi teater walau masih tampak sederhana, seperti yang dilakukan Teater Hening Kabupaten Semarang. Bidang film melakukan pengembangan konten dengan mengangkat cerita-cerita rakyat daerah dan melakukan pemutaran film di desa-desa pelosok. Selain menghibur, konten yang diangkat juga memberi edukasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan oleh komunitas sastra kembanggulo. Dari beberapa bidang industri kreatif, ditemukan pola-pola strategi yang dipengaruhi oleh kemajuan kota terkait teknologi, di Surakarta menggunakan teknologi modern yang menghasilkan industri kreatif yang berciri modern penerbitan dan percetakan dan film, di Kabupaten Semarang menggunakan pola tradisional dengan kekuatan tokoh dalam pertunjukkan. Penelusuran komunitas-komunitas sastra yang tim lakukan di masa pandemi Covid-19 menjadi kendala dan tantangan tersendiri yang tim hadapi. Dengan segala keterbatasan waktu dan dana, tim menuju daerah yang notabene daerah pandemi. Tim hanya mampu mengunjungi komunitas sastra yang sudah dikenal saja untuk menjaga kesehatan covid-19 dan keefisienan waktu. Komunitas-komunitas sastra yang lain belum sempat tim kunjungi akibat covid-19. “Penelitian ini idealnya berkelanjutan, apalagi tahun ini bidang kesehatan tidak memungkinkan, tahun depan masih dibutuhkan penelitian lagi. Karena, memang sangat penting bagi pengembanagn komunitas sastra sendiri dan pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap ekonomi kreatif di bidang sastra,” tandas Ganjar. J02
› Selama pandemi Covid-19, kegiatan komunitas sastra di berbagai daerah tetap berjalan meski di ruang virtual. Sastra berjalan ke arahnya yang baru yakni sebagai gerakan akar rumput. Oleh BUDI SUWARNA, ELSA EMIRIA LEBA, MOHAMMAD HILMI FAIQ, DWI AS SETIANINGSIH 6 menit baca ARSIP LAKOAT KUJAWASSuasana lokakarya musikalisasi puisi yang dilakukan oleh anak-anak di Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. didirikan Dicky Senda pada 2016, merupakan kewirasahaan sosial yang fokus pada pengembangan pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi kreatif masyarakat lokal. KOMPAS, JAKARTA — Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas-komunitas sastra tumbuh subur di berbagai daerah. Komunitas-komunitas itu bergerak ke arah baru yakni sebagai bagian dari gerakan literasi dan pemberdayaan di akar rumput. Komunitas ini diikuti beragam kalangan, mulai dari anak-anak, orang dewasa, mahasiswa, karyawan di perkotaan, hingga ibu rumah tangga di desa. Pengamat melihat hal ini sebagai gejala demokratisasi sastra yang menjanjikan lahirnya aneka wacana sastra antara lain tumbuh di Sulawesi Barat. Dahri Dahlan, sastrawan Mandar, Kamis 3/3/2022, menceritakan, saat ini setidaknya ada 13 komunitas sastra yang melibatkan banyak warga dari berbagai kalangan, termasuk buruh migran di beberapa kabupaten di Sulbar. Sebagian komunitas, terutama yang bergerak di bidang teater, sudah ada sejak 1990. Sebagian lagi baru muncul pada tahun 2000-an. Kemunculan komunitas-komunitas itu diikuti dengan ledakan penerbitan buku sastra pada 2015. ”Tiba-tiba saja orang Sulbar seperti berlomba-lomba menulis dan menerbitkan buku cerita. Bersastra sudah seperti gaya hidup saja,” ujar Dahri, penulis cerita anak mandar Kisah Samariona yang diadaptasi menjadi drama sinisiar podcast oleh Teater buku-buku yang ditulis penulis lokal, lanjut Dahri, didorong munculnya penerbit-penerbit buku di Polewali, salah satunya yang cukup intens menerbitkan buku adalah Gerbang Visual. Sebelumnya, penulis di Sulbar menerbitkan buku di penerbitan di Yogyakarta. Lantas bukunya dikirim ke Sulbar. Sekarang dengan adanya penerbit buku lokal, penerbitan buku jadi lebih murah dan massif. Penulis juga lebih bebas berdiskusi terkait isi buku termasuk narasi yang ingin PaqissangangSalah satu kegiatan Bendipustaka Paqissangang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tampak seorang remaja putri yang masih sangat belia membacakan salah satu puisi dari penyair terkenal kita, Chairil Anwar, yang terhimpun dalam buku AKU.”Kami penulis jadi punya pikiran bagaimana membuat corak baru dari satra Mandar yang berbeda dengan daerah lain,” ujar Dahri yang juga dosen pada Program Studi Sastra Indonesia Universitas Mulawarman, Kalimantan gairah sastra di Sulbar, lanjut Dahri, muncul penulis-penulis baru yang menekuni isu-isu spesifik. Salah seorang di antaranya Nasmawati Nahar yang fokus menulis kisah perempuan dan buruh migran korban di Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, NTT, lahir komunitas yang diinisiasi oleh Dicky Senda. Komunitas yang bermula di sebuah perpustakaan kecil itu kini beranggotakan sekitar 200 anak dan 50 warga dewasa yang tersebar di beberapa desa, seperti Taiftob dan juga Selamatkan Sastra dari KebangkrutanLewat berbagai pelatihan penulisan dan kolaborasi, anggota komunitas berhasil menulis aneka buku yang ceritanya diangkat dari tradisi adat, legenda, dan fabel Mollo. Mereka juga mengambil foto-foto Mollo dan mengumpulkan resep-resep kuliner Mollo. Semua itu lantas dibuatkan arsipnya di media sosial. Lewat media sosial pula mereka mengampanyekan Mollo ke dunia Senda mengatakan, dulu banyak anak muda tidak tahu sejarah, budaya, dan narasi Mollo. Sekarang mereka sudah belajar lagi. ”Seni dan budaya menjadi jembatan penghubung generasi muda dan tua karena menyentuh perasaan dan jiwa, relevan dengan kehidupan,” kata Dicky, Rabu 2/3/2022.ARSIP LAKOAT KUJAWASSuasana proses perekaman musikalisasi puisi dari buku Tubuhku Batu, Rumahku Bulan oleh komunitas di Mollo Utara, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. didirikan Dicky Senda pada 2016, merupakan kewirausahaan sosial yang fokus pada pengembangan pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi kreatif masyarakat lokal. Di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, tumbuh komunitas Babasal Mombasa yang merupakan akronim tiga suku yang ada di Banggai, yakni Banggai, Balantak, dan Saluan. Adapun Mombasa artinya membaca. Ama Achmad, pendiri Babasal Mombasa, mengatakan, komunitas itu dibentuk sebagai penanda identitas kultural Banggai. Komunitas ini rajin merekam peristiwa yang terjadi di Banggai dalam bentuk tulisan, menggelar malam puisi, dan merancang penerbitan buku-buku sastra di kabupaten yang sampai sekarang tidak memiliki toko buku serupa muncul di Madura. Salah satu penandanya adalah komunitas Perempuan Membaca yang didirikan Iffah Hannah pada 2016. Di komunitas ini, perempuan dari berbagai latar belakang dan usia didorong untuk saling berbagi cerita buku yang mereka baca, mendiskusikan persoalan yang sering dihadapi perempuan. Sebagian anggota rajin menulis pengalaman mereka di situs komunitas dalam aneka genre Solok, Sumatera Barat, muncul komunitas Gubuak Kopi pada 2012. Komunitas yang diinisiasi Albert Rahman Putra ini mendokumentasikan banyak hal tentang Solok lewat program Vlog Kampuang. Kampanye ini mendapat tanggapan antusias dari masyarakat Solok dengan mengirim dokumentasi potret sosial dan wajah kontemporer Solok. Hingga saat ini, sudah ada sekitar unggahan di akun solokmilikwarga di juga Gairah Berkisah Penulis TuaKomunitas juga merilis buku, menggelar sejumlah proyek seni dan sastra, dan menemani 100 penulis muda yang menjadi anggotanya. “Kami ingin membangun narasi tentang Solok dengan berbagai metode,” kata serupa muncul pula di berbagai daerah di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, dan lain-lain. Pada masa pandemi Covid-19, kegiatan komunitas sastra di berbagai daerah tetap jalan meski pindah ke ruang virtual. Dari pelosok-pelosok daerah di Indonesia mereka menggelar webinar penulisan sastra atau diskusi sastra di IG Live, bahkan residensi Perempuan Membaca, misalnya, menggelar IG Live untuk berbagi pengalaman soal novel pesantren dengan menghadirkan Khilma Anis, penulis Hati Suhita, yang oplahnya hampir mencapai eksemplar lewat penjualan sendiri tanpa toko sastraNirwan Arsuka, inisiator program literasi Pustaka Bergerak, melihat, munculnya komunitas-komunitas dalam beberapa tahun terakhir sebagai fenomena menarik karena di situ ada semacam demokratisasi kegiatan sastra. Pelakunya bukan hanya para sastrawan yang cukup mapan, melainkan juga kalangan lain yang semula tidak banyak bersentuhan dengan dunia DESTIAN/GALERI NASIONAL INSuasana Pameran Daur Subur 7 Circumstance pada tahun 2021. Circumstance adalah presentasi publik dari studi mengenai keterkaitan unsur dan elemen masyarakat di Kelurahan Kampung Jawa, Solok, Sumatera Barat. Proyek lanjutan dari proyek seni Daur Subur ini digagas oleh Komunitas Gubuak Kopi, sebuah komunitas yang didirikan Albert Rahman Putra. “Ini sebenarnya dilakukan sejak dulu. Tetapi kawan-kawan komunitas sekarang fasih menggunakan medium sastra sebagai ekspresi kultural maupun politik. Mereka menggunakan sastra bukan untuk ego individu tapi kolektif. Kecenderungan ini meluas di banyak daerah yang jauh dari Jawa,” ujar Nirwan, Rabu 3/3/2022.Fenomena ini, lanjut Nirwan, penting karena melahirkan narasi-narasi baru yang dikemas dalam aneka medium mulai teks tertulis, pertunjukan drama, komik, film, dan lain-lain. Perspektif yang mereka gunakan juga sangat berbeda dengan perspektif dominan dalam melihat persoalan melihat ada beberapa faktor yang mendorong fenomena tersebut. Pertama, kemudahan dalam memperoleh dan menyebarkan informasi di era dgital. Kedua, tumbuhnya penerbitan-penerbitan indie di berbagai daerah. Ketiga, ada kesadaran di kalangan komunitas sastra bahwa mereka mesti memiliki suara yang otentik. ”Sekarang suara-suara pinggiran dianggap penting dan makin dihargai. Ini merangsang kawan-kawan untuk menggali narasi-narasi lokal,” ujar jaringan komunitas sastra di daerah, lanjut Nirwan, belajar dari Yogyakarta dan Bandung yang secara kultural dianggap sebagai tandingan narasi Jakarta. Komunitas sastra di Yogyakarta dan Bandung masih ada yang setia mendampingi komunitas-komunitas sastra di daerah, mengajari mereka mengedit buku, dan mendorong teman-teman untuk pulang ke daerah masing-masing dan mengembangkan sastra di sastra di daerah, lanjut Nirwan, telah menghasilkan banyak karya dengan perspektif yang unik. ”Soal lahirnya karya yang punya kualitas tinggi kita tinggal tunggu waktu saja,” ujar yakin hal itu akan karena dari sejumlah komunitas sastra muncul penulis-penulis yang menunjukkan kemampuan yang semakin hebat dalam menggunakan bahasa Indonesia. ”Kawan-kawan di Sulsel dan NTT misalnya penggunaan bahasanya tidak kalah dengan penulis di Jawa, bahkan ada yang lebih bagus,” kata Nirwan. BSW/DOE/MHF/LSA
› Sastra berperan krusial bagi komunitas-komunitas di daerah. Tapi, setiap komponen mempunyai masalah masing-masing yang perlu dibenahi. Salah satu yang terasa adalah peran negara sebagai maesenas yang belum maksimal. Oleh BUDI SUWARNA, ELSA EMIRIA LEBA, VINA OKTAVIA 4 menit baca NINO CITRA ANUGRAHANTORendra Agusta, Ketua Komunitas Sraddha, mengecek kondisi naskah kuno pada media lontar di Museum Radyapustaka, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu 29/12/2021. Preservasi naskah lontar menjadi salah satu kegiatan dari komunitas yang bergelut di bidang sastra Jawa itu. Selain itu, komunitas tersebut juga kerap melakukan perjalanan untuk meretas jarak sejarah yang terlupakan di sejumlah desa di lereng gunung-gunung di KOMPAS — Fenomena munculnya komunitas-komunitas sastra perlu disokong agar gerakan ini bisa terus menguat di masa mendatang. Caranya, antara lain, dengan ikut memperkuat ekosistem gerakan sastra, terutama di daerah-daerah, misalnya penerbitan lokal. Meskipun ekosistem sastra di negeri ini terbilang sehat, semestinya bisa lebih sehat Hasan Aspahani berpendapat, setiap komponen mempunyai masalah masing-masing yang perlu dibenahi. Salah satu yang terasa adalah peran negara sebagai maesenas yang belum maksimal, seperti terkait sistem royalti bagi penulis dan terbatasnya penerjemahan buku luar ke bahasa Indonesia. Penghargaan terhadap penulis dan karya sastra juga belum setara dengan penghargaan dalam olahraga. ”Saya pernah usul tiap tahun ada semacam pemilihan Poet Laureate. Di Amerika Serikat, Library of Congress mengangkat satu penyair sebagai duta sastra sepanjang tahun dan mengampanyekan sastra di kampus dan komunitas. Dari situ bisa kelihatan negara hadir,” kata Hasan di Jakarta, Senin 7/3/2022.Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta ini menambahkan, terbentuknya komunitas sastra bisa terjadi karena beberapa hal. Hali itu antara lain persamaan estetika atau ideologi; kesamaan latar belakang seperti ras/etnis; kehadiran media; atau dorongan maesenas. Ketika teknologi digital hadir, kemudahan yang ditawarkan makin membantu komunitas bertumbuh dan dunia digital ini, sastrawan Warih Wisatsana menilai pandemi melahirkan kesadaran realitas spiritual bahwa manusia bisa bertemu meskipun terjadi pembatasan sosial berkat teknologi. Lahirnya berbagai komunitas susastra di pelosok terbantu karena pertemuan bisa terjadi dengan biaya murah, seketika, dan serentak. ”Ini menjaga daya kreatif tiap wilayah,” katanya sembari menegaskan bahwa pemerintah daerah harus merawat komunitas itu, sastrawan Lampung, Ari Pahala Hutabarat, mengatakan, selama pandemi Covid-19, sastrawan di Lampung lebih banyak bertemu di ruang virtual. Berbagai acara diskusi tentang literasi dan sastra daerah tetap digelar secara daring. Sejumlah sastrawan juga melahirkan karya bertema pandemi Covid-19. Ia mencontohkan, sastrawan Isbedy Stiawan ZS menerbitkan buku berjudul Buku Tipis untuk Kematian pada Oktober YUDISTIRAUbud Writers and Readers Festival UWRF ke-14 di Ubud, Gianyar, Bali, resmi dimulai Rabu 25/10. Festival sastra dan seni, yang rutin digelar di Ubud setiap tahun sejak 2004, tahun ini menghadirkan sekitar 150 pembicara dari kalangan penulis, penyair, musisi, dan seniman dari Indonesia dan mancanegara. Dalam jumpa media di Ubud, Rabu, hadir pula pendiri dan Direktur UWRF Janet DeNeefe duduk, kedua dari kiri.Pegiat literasi Pustaka Bergerak, Nirwan Arsuka, mengatakan, untuk membantu memperkuat ekosistem sastra di era digital ini, Pustaka Bergerak sedang mengembangkan sebuah situs/aplikasi sastra dengan teknologi blockchain. Dengan demikian, para penulis di mana saja berada bisa memonetisasi karya-karya mereka. Direncanakan, situs/aplikasi tersebut akan dirilis pada setuju dengan itu. Baginya, sastra berperan krusial bagi komunitas-komunitas di daerah. Sastra turut menjadi kekuatan gerakan sosial. Di Mollo, Nusa Tenggara Timur, tutur Hasan, komunitas Lakoat. Kujawas membuat perpustakaan dan mengumpulkan warga desa untuk menulis tentang Mollo dan pangan Hasan mengingatkan, ekosistem sastra melibatkan sejumlah komponen, yakni sastrawan, masyarakat, penerbit, dan maesenas. Peran maesenas bisa diambil negara atau orang yang peduli, seperti saat kelahiran Balai Pustaka. Empat komponen ini harus sehat untuk mendukung gairah gerakan komunitas sastra di sastrawan harus menjaga semangat untuk melahirkan penulis-penulis baru. Pembaca juga perlu dibina lewat gerakan literasi. Selain itu, baik itu penerbit buku, media konvensional, maupun media daring perlu terus memberi ruang bagi karya sastra untuk terbit dan diapresiasi dengan layak. Terakhir, maesenas seperti negara atau orang kaya perlu memupuk kesadaran akan pentingnya sastra, misalnya dengan pendirian yayasan terkait.”Kalau semua komponen ini sehat, ekosistem sastra akan sehat,” kata penulis kelahiran Kalimantan Timur FATHONINirwan Ahmad Arsuka, pegiat literasi Pustaka Bergerak Jejaring dan kritikusNirwan Arsuka mengatakan, selama ini sebagian jaringan komunitas sastra di daerah, terutama di Sulawesi, banyak belajar di Yogyakarta dan Bandung yang secara kultural dianggap daerah yang bisa melahirkan wacana tanding atas narasi di Jakarta. Hingga kini sejumlah komunitas sastra di dua kota itu setia mendampingi komunitas-komunitas di daerah. Mereka mengajari mengedit buku, mendorong teman-teman untuk pulang, dan mengembangkan sastra di lainnya, bagaimana gerakan ini juga bisa merangsang lahirnya kritikus sastra. Kritikus tidak hanya dibutuhkan di daerah, tetapi juga di tingkat nasional. Sampai sekarang belum ada lagi kritikus sastra semacam HB Jassin yang tekun mendokumentasikan sastra dan menelaah. Penelaah sastra dibutuhkan agar sastra bisa dieksplorasi lebih juga lahir cara pandang atau kurikulum terhadap sastra. Sastra harus diperlakukan sama seperti memperlakukan teknologi mengingat sastra membangun peradaban yang Lampung, kata Ari Pahala, sejak satu dekade terakhir, budayawan dan sastrawan di Lampung mendorong pendirian fakultas ilmu budaya untuk menambah dukungan keilmuan bagi sastra. BSW/LSA/VIO EditorMOHAMMAD HILMI FAIQ
Mencari perkumpulan komunitas di Jakarta merupakan hal yang tidak sulit, ada banyak komunitas menarik yang bisa anda temukan di Ibu Kota. Mulai dari komunitas sosial, seni, keagamaan, dan berbagai komunitas hobi lainnya. Bergabung dengan sebuah komunitas mampu memperluas jaringan dan mengisi waktu luang dengan kegiatan yang menyenangkan. Bertemu dengan sekumpulan orang dengan minat yang sama pastinya akan sangat menyenangkan. Ada berbagai komunitas dengan kegiatan menyenangkan dan bermanfaat yang bisa anda temukan di Jakarta sesuai dengan minat anda. Berikut beberapa komunitas di Jakarta yang bisa Anda pilih sesuai dengan minat. 1. Helovesus Board Game Cafe & Community Board game merupakan permainan papan semacam ular tangga, ludo, monopolly, dan masih banyak lagi variasi dari board game yang mungkin belum anda ketahui. Anda tertarik dengan dunia board game? Anda bisa datang ke Helovesus Board Game Cafe & Community yang berlokasi di Apartemen Green Bay. Komunitas yang berlokasi di cafe ini memiliki misi untuk menyatukan orang dengan board game. Mereka memiliki motto “Family Plays Together”. Sambil bermain board game, anda juga bisa menikmati menu makanan dan minuman sehat. Alamat Apartemen Green Bay Pluit Unit G/GF/FF/03, Jl. Pluit Karang Ayu Blok B1 Utara, Jakarta Utara Jam Buka Senin – Selasa – Kamis – Jumat – Sabtu – 2. Parkour Jakarta Bagi anda yang suka kegiatan outdoor dengan dinamisme tinggi, anda bisa mencoba olahraga parkour. Agar bisa belajar dengan instruksi dan metode yang benar, anda bisa bergabung dengan komunitas Parkour Jakarta. Parkour Jakarta dibentuk pada tahun 2017 oleh Ahmad Yunan sebagai ketua komunitas. Jangan khawatir jika Anda sama sekali tidak memiliki dasar parkour, akan ada kelas basic bagi siapapun yang baru bergabung. Kunci dalam olahraga parkour sendiri adalah jago berlari, melompat, dan memanjat. Kedepannya, Parkour Jakarta bisa memiliki taman parkour sendiri dengan halang rintang yang lebih sesuai dengan standar parkour. Namun, untuk saat ini anda bisa menemukan komunitas ini berlatih di Taman Puring. Lokasi Latihan Taman Puring, Jl. Kyai Maja, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Hari/Jam Latihan Minggu, Mulai jam pagi Baca juga 9 Coworking Space di Jakarta Cocok untuk Startup hingga Mahasiswa 3. Komunitas Historia Indonesia Salah satu komunitas di Jakarta yang terbesar adalah Komunitas Historia Indonesia KHI. Bagi anda yang memiliki minat dengan dunia sejarah, komunitas ini bisa menjadi forum yang menyenangkan. KHI telah berdiri semenjak tahun 2003, dengan visi membangun nasionalisme dan patriotisme Indonesia. Komunitas ini menyadari pentingnya memahami dan kesadaran akan sejarah dan budaya. Namun, materi ini biasanya dianggap membosankan dan kuno. Oleh karena itu, KHI berusaha semaksimal mungkin membuat pelajaran sejarah menarik dengan kegiatan menghibur dan rekreasi. Alamat Jl. Mohamad Kahfi II, Mahakam Residence II Ciganjur Jagakarsa, Jakarta Selatan Baca juga 8 Spot Pilihan Wisata Malam Seru di Jakarta 4. Komunitas Film Pendek Jakarta Bagi Anda yang tertarik dengan proses pembuat film, Anda bisa bergabung dengan Komunitas Film Pendek Jakarta KFPJ. KFPJ telah berdiri semenjak tahun 2015, digalangi oleh tiga member pertama; Muchamad Rizky Adam, Kemal Faudi, dan Alvarozi. Melalui komunitas ini, Anda bisa belajar berbagai teknik dalam pembuatan film. Mulai dari menjadi sutradara, penulisan naskah, sinematografi, dan unsur lain dalam sebuah film. Komunitas ini juga telah memproduksi beberapa film pendek, diantaranya; Dear Diary, 108, Imaji, dan Vlogue. Jika ingin bergabung dengan KFPJ, anda bisa bertemu dengan mereka berkumpul di Taman Menteng setiap Minggu sore. 5. Komunitas Taman Suropati Chamber Berikutnya ada Komunitas Taman Suropati Chamber yang dikhususkan untuk penggemar alat musik biola, khususnya yang ingin belajar memainkan instrumen tersebut. Komunitas ini dibentuk oleh Agustinus Esthi Sugeng Dwiharso. Pada tahun 2006, beliau membuat sebuah workshop musik keroncong di Belanda. Melalui kesempatan tersebut, ia melihat banyak taman kota di Belanda yang menjadi tempat berkumpul komunitas musik. Dari situlah ide awal Agustinus mendirikan Taman Suropati Chamber. Lokasi ini dekat dengan bagi anda yang tinggal di Menteng Regency Apartemen. Dengan uang pendaftaran Rp dan iuran Rp anda akan diajari bermain biola secara profesional di lokasi terbuka yang lebih segar dan memberikan suasana baru. Tempat Latihan Taman Suropati, Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta Hari/Jam Latihan Minggu, – 6. Komunitas Longboard Car Free Day Jakarta Longboard merupakan salah satu jenis papan seluncur beroda dengan ukuran yang lebih panjang. Panjang papan bisa mencapai 80-150 sentimeter. Anda mungkin sudah sering melihat video viral longboard dengan gaya ekstrim maupun santai yang dibawakan oleh perempuan. Jika tertarik, Anda bisa belajar longboard dengan Komunitas Longboard Car Free Day Jakarta. Komunitas ini telah aktif mulai tahun 2016 dan sesuai namanya, komunitas ini kerap berlatih di car free day Jakarta. Untuk bergabung dengan komunitas di Jakarta satu ini, pastinya anda harus memiliki longboard terlebih dahulu. Lalu Anda bisa belajar dengan instruksi para member komunitas yang sudah lebih ahli. Tempat Latihan Di berbagai kawasan CFD Jakarta berganti-ganti setiap saat Hari/Jam Latihan Sabtu dan Minggu, – Baca juga 5 Tempat Nongkrong di Jakarta Pusat yang Lagi Hits 7. Komunitas Salihara Art Centre Untuk tempat nongkrong komunitas seni all in one di Jakarta, anda bisa berkunjung ke Komunitas Salihara Art Centre. Lokasi yang telah berdiri selama 10 tahun ini seringkali menjadi lokasi pertunjukan seni teater, tari, konser musik, pemutaran film, hingga pembacaan sastra. Anda bisa bertemu secara langsung dengan komunitas tertentu dan bergabung dengan mereka. Anda juga bisa datang hanya sekedar sebagai penikmat seni di waktu luang anda. Cukup dekat bagi anda yang tinggal di Apartemen Pejaten Park Residence. Lokasi ini juga dilengkapi dengan lokasi kuliner. Anda bisa menikmati kopi hingga jamu, serta berbagai pilihan makanan jalanan seperti nasi goreng, bakso, dan lain-lain. Alamat Jl. Salihara Ps. Minggu, Jakarta Selatan Itu tadi berbagai pilihan komunitas yang bisa anda temukan di Jakarta. Bergabung dengan komunitas bisa menjadi kegiatan positif untuk mengisi waktu luang sambil memperluas pertemanan. Terdapat banyak lokasi komunitas yang berdekatan dengan apartemen di Jakarta. Untuk berbagai informasi seputar apartemen di Jakarta, anda bisa mengunjungi Tersedia berbagai informasi mulai dari harga, ketersediaan kamar, dan penawaran harga terbaik. Penulis & Editor Bernadetta Yucki & Prajodi Daris Andaru Lihat juga apartemen mewah di kota-kota besar lainnya Apartemen di Jakarta Apartemen di Jakarta Selatan Apartemen di Tangerang Apartemen di Bekasi Apartemen di Bogor Apartemen di Depok Apartemen di Surabaya
komunitas sastra di jakarta